cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Teknik PWK
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 12 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 2 (2014): Mei 2014" : 12 Documents clear
KETERSEDIAAN AIR BERSIH DAN PERUBAHAN IKLIM: STUDI KRISIS AIR DI KEDUNGKARANG KABUPATEN DEMAK Bunga Irada Amalia; Agung Sugiri
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 2 (2014): Mei 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (203.93 KB)

Abstract

Perubahan iklim merupakan fenomena global yang belakangan ini sering dibahas dan memiliki dampak salah satunya adalah peningkatan suhu Selain itu, penelitian sebelumnya mengatakan bahwa Perubahan iklim berpengaruh pada sumber daya air yang ada di seluruh dunia yang terjadi juga di Kedungkarang. Dimana peningkatan suhu dirasakan oleh masyarakat. Kabupaten Demak merupakan Kabupaten yang terletak di pesisir utara pulau Jawa terindikasi mengalami perubahan iklim.  Masih ada desa - desa di Kabupaten Demak yang belum tersalurkan oleh pipa PDAM, termasuk Desa Kedungkarang. Di samping itu, air sungai dan air sumur yang asin juga berdampak pada sulitnya warga untuk mengakses air bersih dalam memenuhi kebutuhan domestiknya. Hal ini menyebabkan seluruh warga di Desa Kedungkarang membeli air bersih dari air yang dijajakan warga Kabupaten Jepara. Ditambah lagi dengan isu perubahan iklim dan letak geografis yang berada di wilayah pesisir utara Kabupaten Demak diduga kian memperparah krisis air pada di wilayah studi. Metode yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah metode mix, yakni metode kualitatif dan metode kuantitatif. Dengan dampak perubahan iklim yang menyebabkan kenaikan suhu udara sehingga mengakibatkan semakin cepatnya penguapan air. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah dan instansi terkait penyediaan air bersih. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menyadarkan masyarakat terutama di wilayah studi mengenai dampak dari perubahan iklim terhadap krisis air yang terjadi.
POLA PENGGUNAAN REMITAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PERKEMBANGAN DAERAH ASAL Bayu Diyantoro; Muhammad Mukti Alie
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 2 (2014): Mei 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (186.622 KB)

Abstract

Remitan merupakan salah satu alat perbaikan ekonomi dan sosial masyarakat di pedesaan, remitan dibagi menjadi dua remitan ekonomi dan remitan sosial: Remitan ekonomi meliputi kiriman uang atau barang ke daerah asal sedangkan remitan sosial merupakan pengetahuan, gagasan dan kapital sosial. Pemanfaatan remitan ekonomi dapat membantu distribusi modal di perdesaan, terutama peningkatan pendapatan individu, sedangkan remitan sosial berpengaruh terhadap perubahan sosial masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama bekerja di luar negeri semakin banyak pula jumlah remitan yang diperoleh TKI. Kepentingan pengiriman ekonomi dilakukan untuk pembiayaan suami/istri dan anak-anak yang mereka tinggalkan di desa asal. Berdasarkan prioritas penggunaannya, terbentuk beberapa pola penggunaan remitan ekonomi yaitu pola penggunaan remitan produktif yang lebih berorientasi pada kegiatan yang dapat membentuk akumulasi aset keuangan di kemudian hari. Pemanfaatan remitan ekonomi secara produktif meliputi biaya pendidikan,  pembelian tanah, usaha, sumbangan dan tabungan. Sedangkan pola penggunaan remitan konsumtif yaitu penggunaan yang hanya berorientasi pada konsumsi dalam jangka pendek, meliputi konsumsi, pembangunan dan renovasi rumah, pembelian kendaraan bermotor dan elektronik. Sedangkan Pemanfaatna remitan sosial meliputi bidang pendidikan (menjadi guru), pemanfaatan keahlian (usaha konveksi, menjadi tukang, operator alat berat), berpatisipasi dalam politik desa. Remitan ekonomi dan remitan sosial yang dimiliki responden di Desa Mojolawaran dan Desa Jimbaran tidak semuanya mampu meningkatkan sosial-ekonomi, hanya sebagian yang berhasil mengembangkan remitan sosial. Penggunaan remitan sosial di Desa Mojolawaran meliputi bidang pendidikan dan penciptaan lapangan usaha yang mampu menarik tenaga kerja. Sedangkan penggunaan remitan sosial di Desa Jimbaran meliputi pemanfaatan keahlian hanya lingkup individu, penciptaan lapangan usaha keluarga dan peningkatan status di masyarakat dengan menjadi pejabat desa.
PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI DALAM KERANGKA PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH DI KABUPATEN ACEH TENGAH (Studi Kasus: Kabupaten Aceh Tengah) Adi Bilhak; Samsul Ma'rif
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 2 (2014): Mei 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (224.021 KB)

Abstract

Perkembangan lingkungan permukiman di Kota Semarang tidak terlepas dari pesatnya laju pertumbuhan penduduknya. Seiring dengan pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan Semarang, kebutuhan akan penyediaan prasarana dan sarana permukiman akan meningkat. Namun pemenuhan akan kebutuhan prasarana dan sarana permukiman kurang terpenuhi, sehingga menimbulkan kawasan kumuh. Kecamatan Semarang Timur merupakan salah satu kecamatan di Semarang yang memiliki kawasan kumuh. Permasalahan yang terdapat di Kecamatan Semarang Timur berkaitan dengan kemiskinan dan kesenjangan yang memicu konflik antara pemerintah dan masyarakat. Konflik muncul karena belum diketahuinya karakteristik kawasan kumuh serta metode penanganan yang kurang tepat. Berdasarkan pada permasalahan tersebut, muncul sebuah pertanyaan penelitian yaitu “Bagaimana karakteristik kawasan kumuh? Bentuk penanganan yang seperti apakah yang sesuai dengan karakteristik kawasan kumuh tersebut?”.Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendapatkan data lokasi kawasan kumuh berikut karakteristik dari masing-masing lokasi kawasan kumuh di Kecamatan Semarang Timur serta mendapatkan metode penanganan kawasan kumuh yang sesuai. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis normatif. Pengumpulan data kuantitatif menggunakan random sampling dengan cara observasi, wawancara, dan menyebarkan kuisioner kepada responden. Hasil akhir dari penelitian ini adalah sebaran kawasan kumuh berikut karakteristiknya di Kecamatan Semarang Timur meliputi komponen fisik yaitu jaringan jalan, persampahan, air bersih, sanitasi, dan drainase serta komponen non-fisik meliputi partisipasi masyarakat, pendidikan, pendapatan dengan metode penanganan perbaikan kampung yaitu penyempurnaan program Gerdu Kempling  menggunakan konsep TRIBINA.
POSISI WISATA WADUK TEMPURAN KABUPATEN BLORA BERDASARKAN TIPOLOGI Wahyu Yuliarto; Samsul Ma'rif
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 2 (2014): Mei 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (261.024 KB)

Abstract

Desa Tempuran salah satu tujuan wisata di Kabupaten Blora. Waduk Tempuran  merupakan tempat Wisata Alam yang berfungsi utama sebagai saluran irigasi serta pembinaan atlit dayung yang bertaraf internasional, disamping itu sebagai budidaya ikan karamba dan pemancingan. Tingginya tingkat permintaan harus di imbangi dengan penawaran yang sesuai agar Wisata Waduk Tempuran tersebut dapat memberikan pelayanan yang maksimal. Untuk itu perlunya penentuan Tipologi Pengembangan Wisata Waduk Tempuran yang tepat guna memenuhi permintaan dan penawaran. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian adalah mengetahui Tipologi Wisata Waduk Tempuran  pada Desa Tempuran Kecamatan Blora Kabupaten Blora sehingga dapat diketahui Potensi Pengembangan yang tepat guna mengantisipasi permintaan (demand) dan penawaran (supply) terhadap Wisata Waduk Tempuran  sehingga mampu meningkatkan kunjungan wisatawan dan peningkatan pendapatan asli daerah. Demand memiliki nilai yang rendah dimana permintaan dari pengunjung masih lemah terhadap Wisata Waduk Tempuran, selain itu posisi Supply juga memiliki nilai yang tinggi sehingga penawaran dari Wisata Waduk Tempuran sudah memenuhi permintaan dari pengunjung, sehingga perlu dilakukan peningkatan Demand untuk menjadikan Wisata Waduk Tempuran memiliki daya saing yang tinggi dan selalu memunculkan atraksi wisata yang dapat menarik banyak pengunjung untuk berkunjung ke Wisata Waduk Tempuran.
KAJIAN PEMBANGUNAN KAWASAN TERTINGGAL DI KABUPATEN GROBOGAN Eva Artmey Mangedaby; Agung Sugiri
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 2 (2014): Mei 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (373.082 KB)

Abstract

Kawasan tertingggal adalah suatu kawasan permukiman penduduk dengan segala kegiatan sosial, budaya dan ekonominya yang terletak baik dikawasan buddidaya maupun dikawasan lindung dengan tingkat pertumbuhan atau perkembangan suatu aspek kehidupannya lebih rendah atau tertinggal dibandingkan kawasan permukiman lainnya. Kabupaten Grobogan merupakan Kabupaten Dati II Jawa Tengah yang secara konstelatif berdekatan dengan jalur regional dimana hal itu didukung dengan potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Grobogan. Permasalahan yang dimiliki yaitu kondisi aksesbilitas, ketersediaan sarana prasarana, serta perluasan kesempatan kerja. Sedangkan tujuan dari penelitian ini untuk memberikan rekomendasi arahan pembangunan yang ada di Kabupaten Grobogan dan sasaran yang ingin dicapai adalah teridentifikasinya aksesbilitas, ketersediaan sarana dan prasarana, kesempatan perluasan kerja serta perumusan arahan pengembangan yang ada di Kabupaten Grobogan dengan cara mereview kebijakan-kebijakan yang sudah ada. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut maka dalam penelitian ini digunakan metode kuantitatif dengan pendekatan penelitian kuantitatif. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif yang meliputi analisis aksesilitas, analisis sarana prasarana, analisis kesempatan kerja serta analisis kebijakan. Hasil dari penelitian ini adalah arahan rekomendasi untuk pemerintah, masyarakat, dan swasta untuk mengetaskan kawasan tertinggal yang ada di Kabupaten Grobogan. Dengan rekomendasi ini diharapkan Kabupaten Grobogan tidak lagi menjadi kawasan tertinggal 
Dampak Aktivitas Ekowisata di Pulau Karimunjawa Berdasarkan Persepsi Masyarakat Akhsanul Ni’am Laksono; Mussadun Mussadun
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 2 (2014): Mei 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (251.012 KB)

Abstract

Keindahan pantai di Pulau Karimunjawa memiliki daya tarik bagi para turis domsetik maupun mancanegara. Jumlah wisatawan yang datang semakin meningkat. Penambahan jumlah wisatawan itu menguntungkan masyarakat Karimunjawa. Lapangan kerja terbuka luas dan pendapatan masyarakat bertambah. Namun hal ini berdampak negatif pada terumbu karang dan padang lamun yang terus rusak. Penelitian ini melihat dampak terhadap sumberdaya alam, sosial budaya, ekonomi serta kelembagaannya dengan adanya kegiatan pariwisata menurut persepsi masyarakat yang tinggal di sana. Penelitian ini mengindentifikasi karakteristik sumberdaya alam, sosial budaya, ekonomi, dan kelembagaan, kemudian mengidentifikasi jenis pariwisata yang ada di Pulau Karimunjawa. Dari kedua hal tersebut menghasilkan analisis dampak aktifitas wisata terhadap sumberdaya alam, sosial budaya, ekonomi, dan kelembagaan di Pulau Karimunjawa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Dengan melakukan wawancara menggunakan teknik snowball hingga jawaban dari pertanyaan itu berulang dan mengalami kejenuhan. Untuk teknik pengumpulan datanya menggunakan triangulasi, yaitu mengkompilasi hasil observasi, wawancara, dan dari data sekunder baik dari hasil penelitian sebelumnya atau berdasarkan data dari instansi. Pariwisata ini menyebabkan kerusakan pada terumbu karang dan lamun. Menurut penelitian pada tahun 2010 terumbu karang pada tahun 1991 mencapai 459,952 ha dan pada tahun 2009 mengalami penurunan hingga  mencapai 338,408 ha. Pada padang lamun pada tahun 1991 mencapai 198,675 ha dan pada tahun 2009 hanya 162,805 ha. Pada sisi perekonomian masyarakat pun meningkat karena mereka menambah profesi mereka. Selain nelayan mereka juga menjadi penyedia jasa wisata. Namun ada pergeseran sopan santun dengan adanya turis asing yang datang. Dengan adanya pariwisata muncul banyak paguyuban yang membantu BTNK dalam mengontrol wisatawan. Dari hasil penelitian yang ada, didapatkan rekomendasi kepada pemerintah agar memperhatikan kegiatan pariwisata, apabila tidak ada perhatian yang serius dari pemerintah justru dapat menjadi pariwisata yang tidak berkelanjutan. Selain itu kepada masyarakat harus lebih dapat menjaga lingkungannya sendiri. Bila masyarakat tidak menjaga hal tersebut, maka masyarakat dapat menikamati dari sisi ekonomi hanya sesaat saja.
KAJIAN PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP BANJIR DI KELURAHAN ULUJAMI, JAKARTA Rizka Nurhaimi Ayuningtyas; Sri Rahayu
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 2 (2014): Mei 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (177.312 KB)

Abstract

Kota Jakarta merupakan kota yang sering terjadi bencana banjir. Salah satu kelurahan yang mengalami banjir adalah Kelurahan Ulujami di Kecamatan Pesanggrahan. Kelurahan ini merupakan daerah yang dilewati oleh Sungai Pesanggrahan yang merupakan salah satu sungai penyebab banjir di Jakarta. Masyarakat di Kelurahan Ulujami memiliki persepi mereka terhadap banjir dengan pengalaman mereka selama mereka mengenal banjir di daerah mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji pemahaman masyarakat terhadap banjir dan tindakan masyarakat dalam mengatasi banjir yang sering melanda tempat tinggal mereka. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah pemahaman masyarakat mengenai banjir dan tindakan masyarakat dalam menghadapi banjir. Pemahaman banjir berupa penyebab banjir, dampak banjir, dan keinginan untuk pindah tempat tinggal, dimana pemahaman tersebut memiliki keterkaitannya dengan tingkat pendidikan, pendapatan, jarak rumah dengan sungai, jumlah lantai rumah, dan status kepemilikan rumah. Tindakan responden dalam pra banjir adalah menyelamatkan jiwa mereka. Pada saat banjir, tindakan responden adalah mengungsi ke tempat pengungsian. Tindakan responden pada pasca banjir adalah meninggikan lantai rumah dan membuat tanggul di depan rumah mereka dalam menghadapi banjir selanjutnya.Rekomendasi untuk pemerintah adalah pembentukan kelompok tanggap bencana, sosialisasi mengenai pemahaman banjir, dan pemetaan daerah rawan bencana banjir dengan lingkup yang lebih kecil. Rekomendasi untuk masyarakat adalahmembuat sistem informasi dengan sistem jaringan komunikasi yang dikepalai oleh Ketua RT ke perwakilan masyarakat dan selanjutnya disampaikan ke masyarakat lainnya. Selain itu, ketua RT juga membuat sistem jaringan komunikasi ke pihak pemerintah yang berada diatas kepemimpinannya. 
ARAH PERKEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN PASCA BENCANA TSUNAMI DI KOTA BANDA ACEH Arief Akbar; Samsul Ma'rif
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 2 (2014): Mei 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.169 KB)

Abstract

Secara geografis Banda Aceh memiliki kerentanan terhadap potensi bencana gempa bumi dan tsunami, terbukti dengan adanya gempa bumi dan disusul oleh gelombang tsunami 26 Desember tahun 2004. Bencana ini menghancurkan sarana dan prasana kota, khususnya pada wilayah utara kota Banda Aceh yang mengakibatkan kerugian dan banyaknya korban jiwa. Dengan kondisi seperti ini, rencana pengembangan kota yang diikuti dengan pergeseran pusat aktivitas perkotaan serta arahan pengembangan kawasan perumahan diarahkan pada wilayah selatan kota Banda Aceh. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kerugian dari dampak bencana gempa bumi dan potensi tsunami yang terjadi dikemudian hari. Dari permasalahan diatas maka penting dilakukan sebuah penelitian tentang arah perkembangan kawasan perumahan pasca bencana tsunami  pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2011 dengan Research Question apakah arah perkembangan kawasan permukiman sudah sesuai dengan rencana pengembangannya. Berdasarkan hasil analisis, arah pengembangan kota Banda Aceh direncanakan kedepannya mengarah pada wilayah selatan kota tepatnya pada kecamatan Lueng Bata di Batoh dan Lamdom yang  didukung oleh sub pusat pengembangannya yaitu pada wilayah timur kota kecamatan Ulee Kareng. Namun pada perkembangan kawasan permukiman lebih cenderung mengalami perkembangan pada wilayah utara kota Banda Aceh. Oleh karena itu Pemerintah Kota Banda Aceh, seharusnya mampu mengontrol pertumbuhan lahan terbangun disetiap kecamatan kota, hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan kebijakan-kebijakan tata ruang yang ada.
FAKTOR-FAKTOR PENENTU NILAI VERTIKAL RUANG BANGUNAN PADA RUMAH SUSUN SEWA KRANGGAN KECAMATAN AMBARAWA Rizky Syaiful Ramadhan; Broto Sunaryo
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 2 (2014): Mei 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (195.557 KB)

Abstract

Pembangunan di kota-kota besar semakin maju pesat, akibatnya perkembangan kota bergerak menuju daya sentrifugal dan memicu pemekaran ke wilayah hinterlandnya. Kabupaten Semarang merupakan penyangga dari Kota Semarang yang pertumbuhan penduduknya semakin tinggi. Proses pertumbuhan yang cepat di Kabupaten Semarang disebabkan oleh tarikan kegiatan dan fungsi kota sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat industri dan  fungsi-fungsi lainnya. Pembangunan rumah susun menjadi salah satu bagian dari program pembangunan perumahan massal (mass housing) yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat berpenghasilan menengah kebawah,. Rumah susun di Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang tepatnya di Kelurahan Kranggan merupakan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) berlantai 4 yang diperuntukan untuk pekerja pabrik dan lain sebagainya yang bermunculan di Kabupaten Semarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Vertikal Ruang Bangunan (NVRB) serta kontribusinya dalam mempengaruhi NVRB. Berdasarkan Grand Theory Bergel, karena faktor aksesibilitas, dimana semakin tinggi letak ruang nya semakin kecil nilai vertikal ruangnya. Dilihat berdasarkan Teori Bergel, mengenai “Height Building Theory” nilai vertikal ruang terdapat pada jumlah lantai atau ketinggian bangunan. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan positivistik dan rasionalistik, yang dianalisis melalui metode kuantitatif dengan teknik R Factor Analysis. Data yg digunakan adalah data primer dan data sekunder dengan pengumpulan data melalui pengamatan, kuesioner,literatur, wawancara dan mencari dokumen dari instansi terkait. Penelitian ini menggunakan teknik sensus dimana batasan populasi yang dipilih di rusunawa kranggan adalah 98 orang. Hasil dari penelitian ini adalah faktor-faktor penentu NVRB Rusunawa Kranggan berdasarkan Lin I dibagi menjadi dua variabel penentu yaitu Variabel ekonomi yaitu variabel ekonomi dengan parameter aksesibilitas, pendapatan dan resiko kebakaran, serta untuk variabel ekonomi parameternya yaitu lingkungan dengan komponen keamanan lingkungan, gangguan binatang kecil, kualitas lingkungan, harga sewa, pemandangan dan parameter kenyamanan komponennya yaitu kenyamanan dan kebisingan. Kedua variabel tersebut mempunyai kontribusi sebesar 62,93% untuk variabel ekonomi dan 37,07% untuk variabel psikologi. Setelah diverifikasi penelitian ini terhadap Grand Theory Bergel menjelaskan bahwa penelitian ini selaras dan searah. Kemudian penelitian yang dilakukan Broto Sunaryo terlihat perbedaan yang jelas antara apartemen dengan rumah susun sederhana sewa, namun untuk penelitian Tegrasia di Rusunawa Kaligawe dan Chika di Rusunawa Bandaharjo terlihat adanya kesamaan dengan adanya kesamaan beberapa variabel penentu NVRB.
KAJIAN PENGENDALIAN DALAM MENGATASI KERUSAKAN EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PESISIR KABUPATEN PEKALONGAN Rizky Fauzi Widagdo; Agung Sugiri
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 2 (2014): Mei 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.619 KB)

Abstract

Mangrove merupakan salah satu ekosistem wilayah pesisir yang mempunyai beberapa fungsi dan peranan, bagi dari segi ekologi, sosial maupun ekonomi.  Secara Ekologi Mangrove berperan sebagai habitat berbagai jenis organisme, penghasil bahan organik yang tinggi, sebagai penghasil oksigen atau paru-paru kota, pelindung pantai dari abrasi dan tsunami, serta penahan intrusi air laut ke darat. Hilang dan rusaknya kawasan tersebut akan dapat menimbulkan bencana besar, tidak saja terhadap kehidupan manusia di daratan, tetapi juga terhadap kehidupan keanekaragaman hayati di lautan. Tujuan dari studi ini adalah untuk merumuskan upaya pengendalian dalam hal mengatasi kerusakan mangrove di pesisir Kabupaten Pekalongan. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan sasaran antara lain dengan menentukan area kerusakan mangrove, selanjutnya merumuskan upaya pengendalian dalam mengatasi kerusakan mangrove melalui rehabilitasi mangrove serta reklamasi habitat atau media tanam mangrove dan kemudian memberikan  kesimpulan terhadap hasil analisis.Temuan studi yang akan diperoleh dalam penelitian ini yaitu upaya pengendalian dalam mengatasi kerusakan kawasan mangrove pesisir Kabupaten Pekalongan.

Page 1 of 2 | Total Record : 12


Filter by Year

2014 2014